Mengenal Musisi Reggae Yang Berpengaruh di Indonesia
Tony Q Rastafara memiliki
nama asli Tony Waluyo Sukmoasih, Pria yang lahir di kota semarang ini adalah
pendiri grup band Rastafara pada tahun 1994. Tony Q telah banyak menciptakan karya-karya
musik reggae dan banyak sekali orang yang menyukainya, Dalam aliran bermusiknya, Tony Q Rastafara
mengusung genre reggae sebagai wujud kecintaannya pada sang idola, Bob Marley.
Sebelum mendirikan band Rastafara tersebut, Tony Q sempat bergabung dengan
Roots Rock Reggae pada tahun 1989. Tony Q Rastafara saat ini dikenal sebagai
salah satu icon reggae Indonesia. dalam setiap lagunya ia selalu memasukkan
unsur-unsur kemanusiaan, isu sosial, cinta, politik, serta fenomena yang sering
terjadi di masyarakat. Dalam beberapa karyanya, ia mengkolaborasikan musik
reggae dengan alat-alat tradisional indonesia seperti gamelan dan kendang
sunda. Bersama Band Rastafaranya, ia sempat merilis 2 album yaitu Gimbal (1996)
dan Gue Falling In Love (1997). Tony Q Rastafara juga dikenal sebagai orang
yang mempopulerkan istilah rambut gimbal (style dreadlock) di indonesia, dan
sampai saat ini istilah tersebut masih ada.
Tahun 1983 hingga 1984
memulai perjalanan musiknya. Ia mengikuti audisi lomba musik tahun baru di GOR
Bulungan, Jakarta untuk para pengamen dan lolos sekaligus mendapat kehormatan
tampil sepanggung dengan artis-artis besar Tanah Air seperti Leo Christy dan
Iwan Fals. Di tahun 1984 Tony juga mengikuti kompilasi Musik Anak Jalanan yang
diprakarsai oleh Charles Hutagalung (The Mercy’s) dengan labelnya CHG Record’s.
Lagu “Sisa Arak” adalah lagu yang terpilih masuk rekaman kompilasi tersebut.
Berkat dua pencapaian tadi, networking-nya semakin luas sehingga ia pun
mendapatkan order untuk manggung di kafe-kafe dan hotel berbintang di Ibukota.
Meskipun begitu, ia tetap menjalani kegiatan mengamennya seperti biasa.
Memasuki tahun 1989, Tony
Q mulai membentuk grup band yang konsisten di jalur reggae. Namun sebelumnya ia
membentuk tiga band yang ia bentuk: Roots Rock Reggae, Exodus dan Rastaman. Dan
baru menemukan harapan ketika membentuk band keempatnya, “Rastafara” dimana
Tony Q memulai reggaenya di sebuah venue underground legendaris di Jakarta, Pid
Pub hingga perusahaan rekaman mengontrak mereka untuk menelurkan album. Sayang,
perjalanan musikal Rastafara hanya bertahan sampai dua album: “Rambut Gimbal”
(Hemagita Record) dan “Gue Falling In Love” (Blackboard Record) dan dibubarkan
menjelang krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1998 akibat konflik
internal band yang sudah nggak bisa dibendung lagi. Namun Tony Q memiliki
keyakinan bahwa suatu hari genre yang diperjuangkannya ini akan memiliki
movement yang besar sekaligus akan menjadi bagian dari sejarah musik Indonesia.
Sejalan berjalannya
waktu, Tony Q kemudian memutuskan untuk bersolo karir dengan nama Tony Q
Rastafara. Eksplorasi bermusiknya semakin brutal. Di tangan Tony, racikan musik
reggae dengan bumbu-bumbu instrumen tradisional Indonesia akhirnya melahirkan
warna musik reggae dengan identitas Indonesia. Pria yang memiliki keyakinan
bahwa musik merupakan bagian dari kekuatan batin ini pun akhirnya melahirkan
deretan album solo yang menjadi barometer wajib bagi setiap penikmat musik
reggae Indonesia, di antaranya: “Damai Dengan Cinta”, “Kronologi”, “Salam
Damai”, “Anak Kampung”,”Presiden”, “Kurang Tambah” “Membentang Sayap”,
Menjemput Mimpi” dan yang terbaru di tahun 2016 adalah “Sang Cahaya”.
Meski sudah memiliki
banyak album, Tony Q tetap menjalani hidup apa adanya. Begitu juga soal
karirnya di dunia musik, ia tetap menerima berbagai ajakan untuk bermain di
café-café. Sosok dan karyanya pun terendus hingga ke pentas musik internasional
dimana ia kemudian bergabung dalam album kompilasi “Reggae Playground” gawean
Putumayo World Music di New York, Amerika Serikat. Bahkan pada tahun 2011 ia
sukses mengikuti undangan konser di Australia, pada gelaran acara “Reggae Town
World Music Festival” dan “Byron Bay Reggae Festival”.
Leave a Comment